
JAKARTA, zonabisnis.id – Hingga September 2023, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sido Muncul mencatatkan angka penjualan Rp2,36 triliun.
Dikutip dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (31/10/2023), penjualan Sido Muncul susut 9,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp2,61 triliun.
Perseroan menyebutkan sejumlah segmen bisnis turun hingga September 2023. Segmen herbal susut 12,1 persen, segmen makanan dan minuman merosot 2,6 persen dan segmen farmasi tergelincir 25,6 persen.
Hal itu mendorong laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 18,6 persen menjadi Rp 586 miliar hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp720,44 miliar.
Perseroan mencatat beban pokok penjualan turun 9,9 persen menjadi Rp1.09 triliun hingga periode sama tahun sebelumnya Rp1,21 triliun.
Laba bruto tercatat Rp1,26 triliun hingga kuartal III 2023. Laba bruto susut 9,4 persen dari periode kuartal III 2022 sebesar Rp1,39 triliun.
Perseroan mencatat kenaikan beban penjualan dan pemasaran menjadi Rp366,28 miliar hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp345,96 miliar.
Namun, sisi lain, perseroan menekan beban umum dan administrasi susut menjadi Rp163,98 miliar hingga September 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya, beban umum dan administrasi pendapatan tercatat Rp171,89 miliar.
Dengan demikian, laba usaha merosot 18,8 persen menjadi Rp735,37 miliar hingga September 2023. Pada periode sama tahun lalu, laba usaha tercatat Rp905,89 miliar. Dengan melihat kondisi itu, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp19,55 hingga September 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp24,01.
Total ekuitas turun menjadi Rp3,40 triliun hingga September 2023 dari Desember 2022 Rp3,50 triliun.Perseroan menekan liabilitas hingga kuartal III 2023.
Liabilitas perseroan susut menjadi Rp34,46 miliar hingga September 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp575,9 miliar. Aset perseroan tercatat Rp3,75 triliun hingga 30 September 2023. Pada periode Desember 2022, aset perseroan Rp4,08 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp783,19 miliar hingga September 2023.
Tolak Angin
Manajemen Sido Muncul menjelaskan, daya beli pelanggan terpantau lemah pada kuartal III 2023, disebabkan oleh lonjakan harga beras yang signifikan lebih dari 20% yang menyebabkan peningkatan inflasi pangan pada kuartal III.
“Kenaikan harga beras berdampak pada penurunan permintaan produk kesehatan konsumen, karena konsumen saat ini lebih selektif dalam berbelanja dibandingkan triwulan sebelumnya,” tulis perseroan.
Saat ini, pelanggan mengarahkan prioritasnya ke kategori makanan dan transportasi sebagai daftar belanja utama mereka. Meskipun penjualan mengalami pelemahan, perusahaan mampu mempertahankan pangsa pasar yang stabil.
Pangsa pasar Tolak Angin tercatat meningkat 1,4% menjadi 73% untuk periode yang berakhir September, dibandingkan tahun lalu sebesar 71%. Hal ini menunjukkan ketahanan kekuatan ekuitas merek yang solid, mencerminkan loyalitas pelanggan yang terus memilih Tolak Angin sebagai solusi utama untuk mencegah “Masuk Angin”.
Tantangan penjualan saat ini dipandang sebagai tantangan jangka pendek, yang diperkirakan teratasi seiring dengan membaiknya daya beli, dan pelanggan akan kembali mengonsumsi suplemen herbal secara rutin kembali. GPM tetap stabil di angka 54% pada sembilan bulan 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, biaya operasional sedikit lebih tinggi sebesar 2,4%, didorong oleh biaya iklan & promosi yang lebih tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar dan menciptakan permintaan di tingkat pelanggan akhir untuk mendukung penjualan.
Dengan demikian, laba operasional inti dibukukan turun 16%, tidak termasuk kerugian nilai tukar yang belum direalisasi dari bisnis ekspor ke Nigeria. Laba bersih setelah pajak tercatat turun sebesar 18,6% menjadi Rp586 miliar hingga September 2023.
Di tengah tantangan yang ada, SIDO tetap berkomitmen untuk memperluas portofolio produknya, seperti: Alang Sari Cool (produk RTD), Sido Muncul Vitamin C+D (produk VCD | RTD), dan Esemag (Herbal).
Bisnis RTD saat ini berkontribusi sebesar 4% terhadap segmen F&B, didorong oleh sambutan positif terhadap peluncuran Alang Sari Cool dan VCD pada November/Desember tahun lalu.
Selain itu, Esemag terus memperoleh pangsa pasar untuk kategori herbal digestion, dari 5% tahun lalu menjadi 6% pada bulan September, dan menempati posisi #5 dalam kategori tersebut.
Penulis: Joko | Editor: Nurwiyanto | Foto: istimewa
No Responses