JAKARTA, zonabisnis.id – Selama tahun 2024, layanan dompet digital Grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) menargetkan akan menggandeng 15 juta pengguna dengan nominal transaksi mencapai Rp 52,59 triliun gross transaction value (GTV).
Menurut Chief Executive Officer (CEO) AstraPay, Rina Apriana, target ini sejalan dengan komitmen AstraPay untuk mendukung peningkatan pemahaman literasi keuangan digital bagi masyarakat dan mendorong kemajuan sistem pembayaran digital melalui optimalisasi QRIS di Indonesia.
Rina menambahkan, AstraPay hadir sejak September 2021 mendukung optimalisasi penggunaan QRIS secara lebih masif untuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kalau berdasarkan data Bank Indonesia, titik QRIS itu sudah lebih dari 31 juta UMKM. Jadi, AstraPay bisa digunakan di semua titik yang sudah ada QRIS-nya atau UMKM yang sudah ada QRIS-nya itu,” kata Rina dalam dialog bertajuk “Pengembangan Literasi Keuangan Digital Berbasis QRIS: Pendekatan Inovatif untuk Wilayah Indonesia”, di Menara Astra, Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Baca juga:
- Batam Night Market 2023, AstraPay Catatkan 7.000 Transaksi
- Didongkrak Permintaan, Tahun Ini Bisnis Industri Kertas Prospektif
Total pengguna AstraPay saat ini, lanjutnya, sudah mencapai lebih dari 13 juta pengguna, dengan jumlah transaksi 32 juta kali per Mei 2024. Sedangkan, total nilai transaksinya sudah mencapai Rp 19,03 triliun gross transaction value (GTV) pada periode Januari-Mei 2024.
“Sampai dengan akhir tahun 2024 nanti, AstraPay menargetkan 15 juta pengguna dengan jumlah transaksi yang kami targetkan sebesar 32 juta kali serta dengan GTV yang ditargetkan mencapai Rp 52,59 triliun,” kata Rina.
Sementara itu, Direktur Grup Perlindungan Konsumen Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI), Diana Yumanita, mengatakan, kehadiran AstraPay diharapkan dapat memberi andil dalam mengatasi tantangan di tengah pesatnya perkembangan sistem pembayaran digital saat ini.
Diana menambahkan, pesatnya digitalisasi sistem pembayaran saat ini belum dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan dan digital oleh masyarakat. Dia menilai, masih ada gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
“Rendahnya tingkat literasi tersebut, tentu dibutuhkan kolaborasi dari seluruh pihak untuk bisa mendorong pemahaman literasi keuangan yang lebih baik kedepannya,” katanya.
Lebih lanjut, Diana berharap, sistem pembayaran digital di Indonesia dapat semakin kuat, sehingga semakin memberikan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, penetrasi QRIS secara nasional sejak 2021 hingga triwulan 1 2024, volume transaksi QRIS telah mencapai 4,47 miliar dengan nominal transaksi mencapai Rp 459,4 triliun.
Penulis: Joko | Editor: Nurwiyanto | Foto: Joko
No Responses